Mengapa Beberapa Vegan Menghindari Madu Sementara yang Lainnya Tidak?
Jika ada suatu hal yang diperdebatkan oleh para vegan, pastilah itu tentang madu. Sebab beberapa vegan masih tetap mengonsumsinya, sedangkan yang lain tidak sama sekali. Nah, mari kita langsung membahas intinya, apakah vegan boleh mengonsumsi madu?
Pengetahuan dasar tentang madu
Lebah madu mengumpulkan nektar dari tanaman berbunga, yang lalu disimpan di dalam sarang lebah. Nektar kemudian berubah menjadi madu ketika lebah mengeringkannya dengan angin dari kepakan sayap mereka. Fakta yang menakjubkan adalah untuk membuat sekitar 450 gram madu membutuhkan 556 ekor lebah madu pekerja.
Sementara itu menurut Asosiasi Peternak Lebah Ontario, rata-rata lebah pekerja hanya akan menghasilkan seperdua belas sendok teh madu dalam hidupnya. Karena madu sangat tinggi gula, lebah madu juga memanfaatkannya sebagai bahan bakar untuk terbang yaitu 12.000 ketukan sayap setiap menitnya.
Tentu saja, madu sudah ada sejak lama. Madu dipercaya ditemukan 30 juta tahun silam. Namun tak ada yang tahu kapan waktu yang pasti manusia mengonsumsi madu. Kini madu hampir selalu dapat dijumpai dalam setiap makanan mulai dari bagian sarapan, pada olesan roti hingga campuran pelengkap untuk makanan atau minuman lainnya. Maupun diyakini memiliki manfaat untuk penyembuhan.
Perdebatan menentang madu untuk vegan
Argumen pertama yang menentang madu tidak termasuk vegan (vegetarian) adalah argumen yang jelas bahwasanya madu berasal dari hewan. Sudah jelas juga fakta bahwa vegan menghindari segala jenis produk berbasis hewani apa pun. Amber Canavan, seorang juru kampanye senior dan juru bicara PETA di Portland, Oregon menuturkan bahwa hewan bukan untuk dikonsumsi, dicuri, ataupun dimanipulasi sesuai keinginan manusia.
Diyakini meskipun tidak mungkin menyamakan lebah dengan hewan ternak seperti ayam, babi, dan sapi, tetap ada kekejaman dalam praktik beternak lebah. “Mereka terbunuh dan terluka dalam prosesnya,” kata Canavan. Dia merujuk ke lebah madu yang dibiakkan secara komersial, yang dijejalkan di sarang berbentuk kotak.
Ketika sarang siap dipanen, hampir tidak mungkin untuk membuka sarang dan mengeluarkan madu tanpa menghancurkan banyak lebah yang mencoba melindungi sarang, tambahnya.
Belum lagi jika kita membahas si ratu lebah yang seringkali diperlakukan seperti sapi betina di industri susu. Mereka bak diinseminasi buatan secara paksa, kata Canavan. Peternak lebah bahkan mungkin memotong sayap ratu lebah agar mereka tidak dapat terbang dan memindahkan sarangnya.
Pada insustri komersial ternak lebah, lebah sering diangkut dengan truk untuk dipindah-pindah.
Lebah dibawa untuk menyerbuki tanaman di daerah tertentu. Karena lebah madu tersebut bukan hewan asli di suatu daerah di mana mereka diangkut, memindahkan mereka dengan cara tersebut tentu dapat menimbulkan masalah bagi hewan penyerbuk lokal lainnya, tambahnya.
The Vegan Society mengungkap bahwa mengambil madu dari lebah dapat mengancam kesehatan lebah itu sendiri. Tidak hanya pasokan madu yang kemudian menurun, “banyak peternak lebah komersial akan memberikan sirup jagung berfruktosa tinggi kepada lebah. Hal ini tentu tidak baik untuk kesehatan lebah sendiri,” ucap Paul Cronshaw, salah satu pendiri dan direktur operasi untuk Asosiasi Peternak Lebah Santa Barbara di California, seorang vegan dan pemelihara sarang lebah yang memperlakuan lebah dengan baik dan bebas dari bahan kimia.
Saatnya bernegosiasi dengan status madu
Terlepas dari argumen di atas, ada vegan yang mengkonsumsi dan menggunakan madu, Cronshaw salah satunya. Cronshaw menyampaikan bahwa lebah yang ia ambil dari sarang yang telah dibuatnya untuk lebah tersebut adalah sedikit imbalan. Ini adalah tahun pertama dia mengambil madu selama bertahun-tahun karena kekeringan yang sekarang berakhir di California.
Lantas apa alasannya menggunakan madu?
“Saya menggunakan madu untuk pengobatan dan kepentingan lainnya,” katanya. Alasan-alasan itu termasuk di antaranya membantu mengatasi sakit tenggorokan, meningkatkan kesehatan mulut, dan membantu penyembuhan luka.
Contoh kasus: tangannya digigit anjing baru-baru ini dan ia menggunakan madu Manuka untuk menyembuhkan lukanya. Madu itu pula yang membantunya selamat dari cedera kaki dalam perjalanan backpacking selama sembilan hari di Sierra beberapa tahun lalu.
Kendati tak ada yang menganjurkan untuk mendukung peternak lebah komersial, sebaliknya mendukung peternak lebah lokal dapat membantu populasi lebah untuk bertahan hidup. Bagaimanapun, banyak penelitian menunjukkan berkurangnya lebah yang membantu penyerbukan banyak tanaman pangan.
Meskipun lebah madu tidak dalam bahaya kepunahan, hanya saja jumlahnya terus menurun. Hal ini bisa dihentikan bila manusia bisa menjadi peternak atau pemeliharanya, sambung Cronshaw.
Jika Anda memutuskan untuk mengonsumsi madu, Cronshaw merekomendasikan untuk menghubungi peternak lebah lokal di daerah Anda untuk mengetahui bagaimana mereka mempraktikkan peternakan lebah. Sebagian besar peternak lebah lokal tidak mengangkut sarang lebah mereka ke tempat lain.
Mereka tidak menggunakan filler berbahaya setelah mengambil madu dari sarangnya dan berusaha keras untuk tidak membunuh lebah tersebut. “Anda bisa memelihara lebah tanpa membunuh mereka,” sambung Cronshaw.
Kabar baiknya adalah Anda tidak perlu mengonsumsi madu asli jika Anda tak mau. “Ada begitu banyak alternatif untuk madu di pasaran saat ini” kata Canavan. Anda tidak hanya dapat memilih sirup mapel, stevia, tetes tebu dan sirup agave bahkan kini sudah ada madu khusus vegan.
Selain itu, Anda juga dapat membantu hewan penyerbuk lokal dengan menanam tanaman yang mereka sukai serta membuat pekarangan yang ramah akan serangga penyerbuk.
Artikel ini merupakan terjemahan dari Vegetarian Times. Pembahasan di dalamnya telah disesuaikan dengan standar editorial AkuVegan.