Saat ini sudah banyak para ahli yang mendukung pola makan nabati. Banyak hasil penelitian yang membandingkan produk hewani dan nabati, selain meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh, pola makan nabati juga terbukti dapat mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit kronis.
Bonusnya lagi nih Sobat Vegan, makan makanan nabati turut memberikan dampak baik untuk lingkungan yaitu bumi kita ini. Mau tahu seperti apa? Yuk, lanjut simak penjelasannya.
Harga pangan di seluruh dunia kini sedang naik-naiknya. Akibat peristiwa global baru-baru ini, yakni pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan kekurangan pangan diakibatkan terganggunya rantai pasokan pangan secara global.
Di sisi lain, produsen pangan juga harus berurusan dengan isu-isu yang berkaitan dengan perubahan iklim. Hal ini sudah tergambar dari penelitian oleh Aalto University di Finlandia pada Mei 2021 di jurnal One Earth yang menyebutkan bahwa sepertiga dari produksi pangan global akan terancam pada akhir abad ini jika emisi gas rumah kaca terus meningkat.
Tak hanya itu, tantangan lainnya mulai dari polusi dan degradasi lahan hingga kelangkaan air juga menjadi ancaman besar terhadap pasokan pangan kita.
Pada Hari Kesehatan Dunia, 7 April 2022 lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan kampanye “Our Planet, Our Health” yang menyoroti keterkaitan antara kesejahteraan kita manusia dan planet kita ini. Kampanye ini mendesak semua orang untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan yang dapat memperburuk kondisi lingkungan serta kesehatan kita semua.
Salah satu cara termudah dan paling praktis yang dapat kita lakukan untuk upaya ini adalah dengan mengadopsi gaya hidup dengan pola makan berbahan nabati (whole food plant-based). Ini termasuk makan makanan utuh dari tumbuhan, seperti biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, sayur-sayuran, dan buah-buahan, serta sedikit atau bahkan tidak ada produk hewani.

Ahli diet Anna Herby asal US menyatakan bahwa pola makan nabati bermanfaat bagi lingkungan dalam beberapa aspek.
Pola makan nabati membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan menghindari daging, manusia dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan.
Sebuah laporan tahun 2018 oleh peneliti nirlaba independen Grain dan Institute for Agriculture and Trade Policy Amerika Serikat menemukan bahwa lima perusahaan-perusahaan daging dan susu terbesar di dunia seperti JBS, Tyson Foods, Cargill, Dairy Farmers of America, and Fonterra bertanggung jawab atas lebih banyak gabungan emisi gas rumah kaca dibandingkan ExxonMobil, yaitu produsen minyak dan gas terbesar.
Anna menambahkan bahwa makan makanan cepat saji seperti burger, sekitar 75 gram daging sapisetiap hari selama setahun, berkontribusi dalam emisi gas rumah kaca sama seperti mengendarai mobil sejauh 11.580 km. Jika kita bandingkan ini dengan makan sepertiga kaleng kacang polong setiap hari selama setahun, itu sama seperti mengendarai mobil hanya 150 km.
Sebuah laporan dalam jurnal medis The Lancet menunjukkan bahwa beralih ke lebih banyak produk nabati dan lebih sedikit produk hewani merupakan hal baik. Pola makan vegan dan vegetarian berkontribusi pada pengurangan terbesar dalam emisi gas rumah kaca.
Beralih ke pola makan nabati juga dipastikan menggunakan lebih sedikit air. Produk hewani membutuhkan jauh lebih banyak air daripada kebanyakan produk nabati. Misalnya, air dipergunakan untuk menanam panen seperti jagung dan kedelai lalu diberikan kepada hewan ternak yang juga membutuhkan air untuk berkembang dan bertahan hidup.
Daripada menggunakan semua air untuk memberi makan orang-orang dengan produk hewani, bukankah lebih efisien dengan memakan hasil panen secara langsung dan melewati langkah yang ada dari peternakan?
Menurut laporan dari Institute for Water Education tahun 2010, air yang digunakan per kalori dari daging sapi adalah sekitar 20 kali lipat dari biji-bijian dan sayuran yang mengandung zat tepung. Per gram protein, susu, telur, dan ayam membutuhkan sekitar 1,5 kali lebih banyak air daripada polong-polongan seperti kacang polong, buncis, dan kacang-kacangan lainnya sementara daging sapi membutuhkan 6 kali lebih banyak air per gram protein daripada polong-polongan.
Penggunaan lahan

Konsep yang sama berlaku untuk penggunaan lahan. Selama ini, kita menggunakan lahan untuk menanam panen untuk memberi makan hewan ternak dan kemudian menggunakan lebih banyak lahan untuk menggembalakan hewan-hewan ternak.
Jika kita beralih untuk makan kacang polong daripada daging sapi misalnya, lahan pertanian yang dibutuhkan jumlahnya 42% lebih sedikit. Karena memberi makan ternak memerlukan sekitar sepertiga dari daratan bebas es di bumi, peralihan ke kacang polong ini bisa membuat perbedaan yang besar.
Selain itu, kita kehilangan hutan, terutama hutan karena ditebangi untuk menanam yang hasil panennya diberikan ke hewan ternak.
Pola makan nabati juga dikaitkan dengan berbagai hasil kesehatan yang positif. Cyrus Luk Siu-Iun, seorang ahli diet di Rumah Sakit Internasional Matilda di Hong Kong dan anggota komite eksekutif dari Asosiasi Ahli Diet Hong Kong menyampaikan, pola makan nabati juga dapat membantu manajemen berat badan yang lebih baik (berat badan lebih sehat dan lemak tubuh lebih rendah), penurunan risiko tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi dan penurunan risiko penyakit kronis seperti sembelit, asam urat, diabetes, penyakit hati, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
Selain itu, pola makan nabati juga meningkatkan kesehatan usus kita dan memperkuat kekebalan kita terhadap infeksi dan penyakit.
Sobat Vegan akan dapat menemukan nutrisi penting seperti zat besi dalam makanan seperti kacang-kacangan, kacang polong, kubis, bayam, dan biji labu serta kalsium di dalam kubis, bok choy, kacang almond, dan jeruk; yodium di dalam sayuran laut; zat seng (timah) di dalam produk kedelai, biji-bijian, dan kacang-kacangan; dan lemak omega 3 di dalam biji rami dan kenari.
Memastikan makanan kita seimbang merupakan hal penting. Pakar-pakar diet menyebutkan kira-kira setengah piring kita harus terdiri dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Agar kita dapat memperoleh berbagai nutrisi dari variasi warna serta varietas makanan dan buah-buahan.
Pola makan berbahan nabati yang seimbang dapat menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan kecuali kecukupan vitamin B12. Maka, mengonsumsi sebuah suplemen atau makanan yang diperkaya B12 akan sangat membantu.
Tips untuk pola makan berbahan nabati yang ekonomis
Makanan berbahan nabati umumnya lebih terjangkau karena bahannya sederhana dan tersedia secara luas. Kacang polong dan sejumlah biji-bijian lebih murah ketika dibeli kering dan langsung dalam jumlah besar.
Pakar diet merekomendasikan untuk membeli produk pangan yang sedang musim di mana harganya jauh lebih murah. Atau Sobat Vegan juga dapat menyimpan buah dan sayuran dalam keadaan beku sehingga buah lebih terjangkau dan dapat tersedia sepanjang tahun.
Cara lain untuk mengurangi tagihan belanja kamu termasuk berbelanja di pasar pusat dan pasar petani. Jika sobat adalah orang yang tekun, sobat dapat berinvestasi dalam peralatan yang memungkinkan untuk menanam sayur-sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah di dapur ataupun di balkon.
Keuntungan dari sisi ekonomi dari pola makan nabati didokumentasikan dengan baik oleh sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam Journal of Hunger & Environmental Nutrition.
Studi ini membandingkan dua rencana pola makan, keduanya memiliki 2.000 kalori. Yang satu mengikuti pola makan segalanya, dan yang lainnya mengikuti pola makan berbahan nabati. Dengan jumlah kalori yang sama, rencana pola makan berbahan nabati menghasilkan penghematan sekitar 11 juta rupiah per tahun.
Ini baru penghematan yang dapat kamu simpan dari berbelanja di swalayan.
Sementara manfaat besar lainnya seperti manfaat kesehatan dari memakan berbahan nabati, yaitu melawan obesitas, penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan penyakit kronis lainnya, dapat menjauhkan sobat dari pengobatan dan tidak perlu menjumpai dokter.
Menghemat lebih banyak uang dalam jangka panjang, serta berkontribusi untuk keberlangsungan bumi kita tentulah sangat baik, bukan?