Yuk, Kenali Gaya Hidup Vegan Lebih Jauh!

gaya hidup vegan

Bila ditanyakan apa sebenarnya arti vegan, pasti kebanyakan orang Indonesia mengaku belum familiar dan ragu bisa menjawab pertanyaan ini dengan tepat. Atau jikapun mereka tahu, mereka hanya akan menjawab pernah mendengarnya. Tidak heran, karena di Indonesia pola makan nabati yang lazim diketahui adalah jenis vegetarian. Supaya semakin akrab dan paham dengan veganisme, yuk kenali gaya hidup vegan sebenarnya dalam artikel berikut.

Definisi Gaya Hidup Vegan

Vegan, sebuah istilah yang semakin akrab terdengar belakangan, adalah suatu pola makan berbasis nabati. Banyak orang masih keliru mendefinisikan vegan sama dengan pola makan vegetarian. Keduanya dianggap serupa karna sama-sama tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan. Namun, vegan dan vegetarian memiliki perbedaan yang siknifikan.

Pada pola makan vegetarian masih terdapat produk/olahan hewani di dalam jenis-jenisnya. Seperti jenis vegetarian berikut ini:

  • Ovo-vegetarian, yang membuat pengecualian untuk mengonsumsi telur.
  • Vegetarian lacto yang masih mengonsumsi susu dan produk turunannya.
  • Lacto-ovo-vegetarian yang tetap mengonsumsi telur, susu dan produk olahannya, termasuk keju dan yoghurt.
  • Adapula istilah fleksitarian (semi vegetarian) dan pescatarian. Fleksitarian tidak mengonsumsi daging merah, tetapi terkadang masih mengonsumsi ayam, ikan, serta susu dan produk turunannya. Pescatarian disisi lain tidak mengonsumsi daging merah dan daging unggas, tetapi mengonsumsi ikan dan makanan laut.

Vegan sendiri diartikan sebagai suatu pola makan yang ekstrem. Vegan menghindari mengonsumsi semua jenis hewan.

Menariknya, vegan kini telah berkembang menjadi sebuah gaya hidup yang disebut juga veganisme. Veganisme menolak serta menghindari ekploitasi terhadap binatang untuk tujuan apapun di antaranya: penggunaan benda yang terbuat dari bagian tubuh binatang, menghindari mengunjungi tempat-tempat yang memamerkan atau menghadirkan pertunjukan berbagai jenis binatang, seperti kebun binatang, sea world, dan lain sebagainya, serta menghindari penggunaan barang yang menggunakan binatang sebagai percobaan.

Sama halnya dengan pola makan vegetarian, pola makan vegan juga memiliki jenis-jenis yang berbeda, di antaranya:

  • Whole-food vegan: pola makan yang bersumber dari ragam jenis tumbuh-tumbuhan utuh seperti buah-buahan, sayur mayur, biji-bijian, serta kacang-kacangan.
  • Ada pula Raw-food vegan yakni pola makan vegan yang bersumber dari buah-buahan, sayuran mentah, kacang-kacangan, biji-bijian atau sumber nabati lainnya yang dimasak hingga pada suhu 118°F(48°C).
  • 80/10/10: jenis vegan ini membatasi konsumsi kacang serta alpukat yang kaya akan lemak dan memilih mengonsumsi buah serta sayuran hijau. Jenis ini disebut juga raw-food vegan rendah lemak atau pola makan fruitarian.
  • The starch solution vegan, jenis ini hampir sama dengan jenis 80/10/10 namun vegan jenis ini mengutamakan konsumsi kentang, nasi, serta jagung dibandingkan buah-buahan.
  • Raw till 4, pola makan vegan yang mengonsumsi makanan tanpa melalui proses dimasak hingga pukul 4 sore kemudian makan malam dengan sumber nabati yang dimasak.
  • Junk-food vegan, suatu pola makan vegan yang bergantung pada makanan imitasi seperti daging tiruan, keju, goreng-gorengan, serta makanan olahan lainnya, vegan jenis ini sangat kekurangan sumber nabati didalamnya.

Kebanyakan orang yang beralih menjalani gaya hidup vegan memiliki alasan tersendiri. Beberapa di antaranya adalah alasan kesehatan, kepedulian terhadap kondisi lingkungan dan alam sekitar, serta alasan moral.

Para penganut pola makan vegan meyakini bahwa hidup sehat dan terhindar dari resiko terkena penyakit kronis adalah keuntungan yang pasti didapatkan dengan menjalani pola makan vegan.

Bagaimana Menjadi Vegan?

Menjadi vegan adalah sebuah kesempatan bagi seseorang untuk memonitor seluruh makanan yang masuk ke dalam tubuhnya, mencoba makanan baru, bahkan mencoba merencanakan menu makanan harian yaitu dengan memasak makanan sendiri. Para vegan tetap dapat menutrisi tubuh dengan asupan protein nabati, serat dan mineral yang diperoleh dari makronutrien seperti kabohidrat, protein dan lemak ataupun mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

Sejak perkembangan pesat veganisme tahun 2010, banyak restoran yang mulai menyajikan menu vegan dan menyediakan makanan alternatif yang aman dikonsumsi para vegan. Jenis makanan seperti es krim, pizza, keju, serta makanan lainnya tetap dapat dinikmati para vegan dengan bahan-bahan terbuat dari sumber nabati. Bahkan makanan alternatif seperti daging nabati juga kian populer disajikan di berbagai restoran.

Indonesia sebagai salah satu daerah tropis yang memiliki banyak jenis sayur mayur, buah-buahan dan kacang-kacangan sangat bisa menjadi surga bagi para vegan. Anggapan menjadi vegan adalah hal yang mahal sungguh keliru.

Para vegan di Indonesia memiliki ragam pilihan untuk dijadikan menu makanan sehari-hari seperti tempe, tahu, sayuran hijau, kacang-kacangan dan ragam buah-buahan.

Berikut adalah jenis-jenis makanan yang dihindari oleh para vegan.

  • Daging dan segala jenis unggas: daging sapi, kambing, lembu, babi, kuda, daging binatang liar, ayam, kalkun, angsa, burung puyuh, itik, dan lain sebagainya.
  • Ikan dan boga bahari: semua jenis ikan, ikan teri, udang, remis, kepah, cumi-cumi, kepiting, dan lain sebagainya.
  • Produk olahan susu: keju, yogurt, butter, krim, es krim, dan sebagainya.
  • Produk yang dihasilkan lebah: madu, royal jelly, serbuk sari lebah, ataupun sarang madu.
    Semua jenis telur.

Tidak hanya produk hewani saja, para pengadopsi gaya hidup vegan juga menghindari bahan-bahan atau senyawa yang berasal dari hewani, seperti albumin, kasein, carmine, gelatin, pepsin, lak, isinglass, dan whey. Bahan-bahan ini biasanya terdapat dalam olahan bir atau anggur, marshmallow, sereal sarapan tertentu, dan permen karet.

Sama seperti semua orang yang ingin hidup sehat, para vegan juga tetap memperhatikan asupan nutrisi yang mereka konsumsi kok dalam makanannya. Pola makan yang buruk tentunya akan beresiko menyebabkan kekurangan gizi.

Berdasarkan penelitian, para penganut gaya hidup vegan memang dianggap rentan kekurangan vitamin B12, vitamin D, yodium, zat besi, zinc, serta kalsium. Kendati demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga tubuh tetap ternutrisi dengan mineral tersebut yakni memastikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari bukanlah makanan olahan (processed food).

Para vegan juga dapat menambah memastikankan makanan dan minuman fortifikasi pada menu makanan sehari-hari. Untuk  kebutuhan nutrisi terpenuhi para vegan dapat mengonsumsi suplemen makanan yang mengandung vitamin B12, vitamin D, zat besi dan mineral lainnya.

Mengapa Harus Gaya Hidup Vegan?

Kenali Vegan
georgiastatesignal.com

Ada banyak alasan para vegan mempraktekkan gaya hidup ini. Beberapa di antaranya adalah alasan kesehatan, kepedulian terhadap kondisi lingkungan dan alam sekitar, serta alasan moral terhadap kehidupan binatang.

Kesehatan

Pola makan vegan sangat memperhatikan asupan gizi seimbang serta nutrisi yang diperlukan tubuh. Menjadi vegan merupakan kesempatan bagi seseorang untuk mempelajari kebutuhan gizi tubuh melalui setiap makanan yang dikonsumsi. Bagi mereka yang memiliki intoleransi terhadap susu dan produk olahannya atau tidak terlalu meyukai mengonsumsi daging, dapat memulai langkah dengan belajar mengikuti pola makan vegetarian terlebih dulu.

Academy of Nutrition and Dietitics menyebutkan pola makan vegan dapat menghindarkan seseorang terkena penyakit-penyakit kronis seperti resiko terkena penyakit jantung koroner, beberapa jenis penyakit kanker, diabetes tipe 2, kolesterol dan penyakit degeneratif lainnya.

Beberapa orang lainnya memilih vegan karena efek samping dari antibiotik serta hormon yang digunakan oleh industri pertanian. Mempraktekkan pola makan berbasis nabati ini juga mampu membantu menurunkan berat badan dan menjaga berat badan tetap ideal sehingga terhindar dari obesitas.

Kepedulian terhadap Kondisi Lingkungan

Beberapa orang menjalani gaya hidup vegan karena kekhawatiran mereka terhadap dampak yang ditimbulkan dari mengonsumsi produk hewani terhadap lingkungan. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan produk hewani jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk produk nabati. Industri peternakan ini menyumbangkan emisi karbon yang cukup besar bagi bumi.

Peternakan dapat menyumbang sekitar 65% emisi nitrous oksida global, 35–40% emisi metana, dan 9% emisi karbon dioksida. Yang mana tiga jenis kimia ini sering dianggap sebagai tiga gas yang menjadi sumber utama efek rumah kaca yang terlibat dalam perubahan iklim.

Selain itu, peternakan cenderung lebih boros dalam penggunaan air. Sekitar 1.700–19.550 liter air dibutuhkan untuk menghasilkan hanya sekitar 0,5 kg daging sapi. Itu berarti makanan hewani membutuhkan 43 kali lebih banyak air daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan biji-bijian dan sereal.

Dengan menjalani gaya hidup dan pola makan vegan, seseorang dapat berkontribusi dalam mencegah kerusakan alam. Mengutip Daily Meal, pola makan berbasis tumbuhan dapat membantu menghemat triliunan dolar dalam upaya melawan pemanasan global.

Sebuah studi yang dipulikasikan Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America memperkirakan dengan berpindah ke pola makan vegetarian, dunia bisa memangkas sebanyak 63 persen emisi karbon.

Alasan Moral

Alasan moral telah lebih dulu mempelopori seseorang mulai mempraktekkan veganisme jauh sebelum mengetahui manfaat vegan bagi kesehatan dan lingkungan. Banyak orang yang menjalani veganisme menyadari bahwa makhluk hidup binatang memiliki hak untuk hidup dan kebebasan yang sama selayaknya manusia. Oleh sebab itu, mereka menolak untuk mengakhiri kehidupan hewan untuk dimakan dagingnya, diminum susunya, ataupun dipakai kulitnya.

Para vegan melihat kondisi kekejaman serta eksploitasi terhadap binatang tidak akan dapat dielakkan dari industri peternakan. Banyak vegan yang memiliki rasa moral tinggi bahkan memprihatinkan kondisi psikologis binatang yang tertekan dalam kandang sempit pada peternakan modern. Sehingga memilih veganisme diyakini sebagai cara untuk menghentikan penderitaan hewan.

Para vegan yang lahir dengan alasan ini menentang kekejaman yang terjadi pada binatang melalui gerakan protes, melangsungkan kegiatan sosialisasi untuk menciptakan kesadaran masyarakat serta menjauhkan diri dari semua produk hewani.

Namun, satu hal yang pasti adalah melakukan transisi ke pola makan nabati adalah pilihan semua orang. Apapun alasan yang mendasarinya, kini setiap orang bahkan memiliki banyak pilihan makanan nabati karena semakin meningkatnya praktik pola makan nabati di seluruh dunia.

Makanan-makanan ini juga tidak kalah lezat dan sehat dibandingkan menu makanan pada umumnya. Menjalani hidup dengan pola makan nabati tentu akan menjadi mudah dan nyaman dengan seiring berkembangnya banyak informasi mengenai pola makan nabati ini.