Film Dokumenter Pulau Plastik

Film Dokumenter Pulau Plastik
mongabay.co.id

Film Pulau Plastik adalah sebuah film dokumenter yang bercerita tentang seorang musisi, seorang ahli biologi dan seorang pengacara yang berjuang untuk memerangi sampah plastik. Sebanyak lebih dari 17.000 pulau di Indonesia telah tercemar oleh sampah plastik.

Bila melihat potongan foto di atas, kita bisa merenungkan bila situasi seperti ini dibiarkan maka tak akan lagi ada kesempatan bagi generasi di masa depan untuk melihat dan menikmati Indonesia yang indah dengan hamparan pasir tepi pantainya dan lautnya.

Maka ketiga aktivis muda ini bergerak untuk mensosialisasikan bahaya plastik, terutama plastik sekali pakai.

Mereka ialah: Gede Robi, vokalis band Bali Navicula, Tiza Mafira, pengacara muda dari Jakarta dan Prigi Arisandi, ahli biologi dan penjaga sungai dari Jawa Timur.

Setiap awal tahun, di pantai Bali Selatan ada ratusan ton sampah hanyut terbawa arus dari pulau Jawa dan dari sungai-sungai di daerah Bali.

Film dokumenter Pulau Plastik ini diharapkan bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat agar lebih peduli lagi terhadap lingkungan. Film ini dibuka dengan pemandangan yang menakjubkan dari sawah hijau dan terumbu karang yang berkilau.

Terlihat Gede Robi, pemimpin dari film ini melakukan perjalanan ke Jawa Timur untuk bertemu dengan Prigi Arisandi seorang ahli biologi dan aktifis. Kemudian mereka menyelinap ke pabrik daur ulang kertas dan karton yang menjual sampah plastik.

Lalu mereka mengikuti truk sampah yang membawa sampah plastik ke desa terdekat. Disana sampah tersebut di sortir dan dikeringkan oleh keluarga miskin untuk dijual kembali sebagai bahan bakar tungku di pabrik tahu.
Plastik tersebut mengandung monomer karbon dan hidrogen yang sangat mudah terbakar.

Ketika dinyalakan akan menghasilkan gas yang mudah terbakar dan menghasilkan lebih banyak panas. Pembuat tahu menggunakannya karena lebih hemat biaya daripada membakar kayu namun ada resiko yang sungguh besar di mana plastik ini menghasilkan berton-ton karsinogen ke atmosfer.

Scene berlanjut ke adegan dimana Prigi menyuarakan kekecewaannya di kantor konsulat AS Surabaya. Sebuah penelitian International Union for Covervation of Nature 2018 mengklaim bahwa Indonesia adalah sumber plastik laut terbesar kedua di dunia setelah China. Terhitung 1,3 juta dari 8 juta ton dibuang kelaut setiap tahunnya.

Bertentangan dengan fakta lain, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2020 lalu di jurnal Science Advances mengidentifikasi bahwa Amerika Serikat sebagai produsen sampah plastik terbesar di dunia. Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang gagal menentukan negara sumber plastik terbesar yang berada di negara berkembang Asia.

Film Dokumenter Pulau Plastik
ekuatorial.com

Setelah itu scene berlanjut lagi memperlihatkan Gede Robi memungut sampah plastik bermerek Nestle dan Unilever yang berasal dari AS, Australia, Italia dan Kanada. Kemudian Gede Robi protes dan mengatakan “bagaimana orang-orang ini bertanggung jawab atas sampah mereka? Mereka membersihkannya mengeringkan dan memisahkannya tapi kemudian semua itu berakhir di Indonesia, perilaku apa itu?” ungkapnya.

Adegan lain menunjukkan Gede Robi meminta presiden Indonesia Joko Widodo untuk meloloskan peraturan Nasional yang sudah diterapkan di Bali yang melarang penggunaan kantong plastik di toko-toko. Tetapi tidak ada jawaban yang pasti dari presiden.

Lalu, ada adegan lain yang menunjukkan para konservasionis satwa liar menggunakan tang untuk menarik sedotan plastik dari hidung kura-kura yang berdarah. Lalu adegan film ini juga menunjukkan 65 truk sampah plastik akan dibuang ke perairan Indonesia.

Pesan yang disampaikan Pulau Plastik

Film ini memberikan peringatan keras terhadap masalah sampah plastik di Indonesia. Film ini juga menyindir penjabat yang korup dan tidak kompeten memfasilitasi import plastik ilegal dan mengingatkan penjual makanan untuk menggunakan plastik dengan bijaksana.

Kemudian film ini menunjukkan sebuah penelitian tentang plastik yang masuk kedalam tubuh manusia. Sebuah laboratorium di Jawa menganalisis sampel tinja dari Gede Robi dan ternyata mengandung mikroplastik beracun. Adegan itu berulang-ulang dengan sampel tinja dari Walikota, Musisi, dan Influencer yang ditemui Gede Robi dalam perjalanan ke ibu kota Jakarta.

Sepertiga bagian akhir dari film ini menunjukkan orang Indonesia melakukan upaya untuk menyelamatkan dunia mereka, seperti menjadi sukarelawan untuk membersihkan sungai yang sangat tercemar. Ada satu adegan yang mengharukan, seorang ibu mengajari putrinya cara memilah sampah plastik yang didapatkan dari sekitar pesisir pantai.

Dalam adegan lain, terlihat para sukarelawan berjalan di sekitar Jakarta menawarkan untuk menukar kantong plastik pejalan kaki dengan tas yang dapat digunakan kembali yang terbuat dari serat alami. Hal ini menjelaskan bagaimana kantong plastik digunakan rata-rata 15 menit tetapi mencemari planet ini lebih dari satu abad. Dampak yang sungguh merugikan, bukan?

Produser film pulau plastik ini, Ewa Wojkowska yang juga merupakan chief operating officer kopernik, sebuah organisasi nirlaba mengatakan bahwa ia berencana untuk melibatkan semua segmen masyarakat yang berbeda-beda dalam film ini. Pesan yang ingin disampaikan melalui film ini adalah mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Film ini juga lebih menawarkan solusi kepada masyarakat.

Film ini ditayangkan perdana di hari Bumi, penjualan tiket dari film ini tidak menjadi tujuan utama melainkan pesan yang disampaikan oleh film ini. Produser film ini mengatakan bahwa mereka sangat ingin memasukkan film ini di sekolah, universitas dan pemerintahan di Indonesia. Ia juga mengatakan bahwa sejauh ini pemerintah memiliki respon positif terhadap film ini.