Dampak Fesyen Vegan

fesyen vegan

Tak sekedar manfaat kesehatan, berganti pola makan ke pola makan nabati juga dapat memberikan nilai positif dari segi lingkungan. Hal ini telah diperkuat oleh para peneliti asal Universitas Oxford dalam sebuah karya tulis di tahun 2019. Tentu ini kabar baik untuk semua makluh hidup di planet ini.

Tak berhenti di perubahan pola makan saja, orang yang telah memutuskan menjalani pola makan nabati juga turut menghindari pemakaian barang yang terbuat dari bagian tubuh binatang. Menariknya, saat ini banyak orang yang bukan vegan pun mendukung pilihan mode yang bebas dari tubuh binatang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Nah, bagaimana sebenarnya mode/fesyen vegan ini?

Dalam dunia fesyen, gerakan akan veganisme sebenarnya bukan hal yang baru. Contohnya t-shirt atau jeans milik kamu sobat, keduanya bisa jadi termasuk dalam kategori yang sudah vegan karena tidak memiliki unsur hewan sama sekali di dalamnya.

Pelabelan berbagai merk dengan kata vegan atau cruelty-free kini memang tengah naik daun dan cukup populer. Kenaikan ini bisa jadi diakibatkan oleh kesadaran konsumen untuk mengaplikasikan prinsip veganisme dalam tiap aspek kehidupannya selain makanan berbasis nabati semata. 

Sebuah hasil pemungutan suara yang dibuat oleh organisasi kesejahteraan hewan bernama FOUR PAWS yang diikuti sekitar 14.000 orang menyimpulkan 90% responden menginginkan industri fesyen segera memprioritaskan kesejahteraan hewan serta perlindungan terhadap lingkungan dan standar sosial. Ini merupakan sebuah respon yang baik untuk masa depan dunia fesyen yang lebih ramah vegan. 

Beberapa mungkin menyebut dirinya bukan vegan dalam kehidupan sehari-hari tetapi menggunakan busana yang vegan dan bebas dari tindakan kekerasan terhadap hewan bisa jadi dipilih. Mengapa begitu? Fesyen vegan tampaknya menang telak atas fesyen konvensional dalam berbagai hal seperti dampak terhadap manusia, lingkungan, dan tentu saja, kesejahteraan hewan. Inilah yang turut menarik lebih banyak konsumen melirik pilihan fesyen ini. Nah, langsung saja yuk kita lihat faktor apa saja yang termasuk dalam perbincangan seputar fesyen vegan ini. 

Definisi Fesyen Vegan Sesungguhnya

Dalam konteks makanan atau perawatan kecantikan dan kesehatan, mungkin kebanyakan kita sudah cukup akrab dengan dua istilah yakni cruelty-free dan vegan itu sendiri terpampang pada kemasan produk. Meski belum ada definisi yang sah secara hukum atas dua istilah ini, industri kecantikan mengartikannya sebagai berikut:

Vegan adalah istilah yang dipakai untuk setiap produk tanpa kandungan dan atau zat bersifat hewani/ mengandung bahan dari bagian tubuh binatang. Sedangkan cuelty-free maksudnya adalah setiap produk yang bebas dari uji laboratorium terhadap binatang, atau yang komposisinya tidak diujikan pada binatang.

Dalam industri fesyen, kedua kata ini mengarah ke hal yang berbeda. Yang satu berkaitan dengan proses elaborasi produk (apakah dibuat tanpa melibatkan hewan?) sementara yang lainnya adalah produk jadi (apakah mengandung zat yang berasal dari hewan?). Inilah bagian yang rumit dan keliru: suatu produk vegan di mana tidak mengandung bahan hewani sama sekali menjadi tidak cruelty-free, bebas dari kekejaman, jika telah diujikan pada hewan. Begitupun sebaliknya, busana tersebut bisa diberi label “bebas kekejaman” karena tidak ada pengujian hewan tetapi mengandung zat hewani, sehingga menghasilkan produk non-vegan. Oleh karena itu, perbedaan itu begitu penting  bagi konsumen yang cerdas. 

Dalam industri fesyen, pembedaan ini cukup minim dikarenakan alasan sederhana bahwa memang tidak ada kewajiban untuk melakukan pengujian pakaian dan aksesoris apapun pada hewan. Jadi dalam dunia fesyen, kedua istilah tersebut cenderung digunakan secara bergantian.

Konsumen yang sangat peka, memahami apa yang terjadi di dunia kecantikan dapat membantu kita membuat pilihan tertentu dalam mode. Misalnya, jika sebuah perusahaan menjual pakaian berlabel vegan, apakah sobat akan tetap membelinya jika sudah mengetahui bahwa merek yang sama menguji parfum dan produk kosmetiknya pada hewan?

Dibalik Mode dari Material Hewani

Fesyen Vegan
heatonharris.com

Hewan telah dieksploitasi di peternakan bulu hewan, peternakan sapi, dan rumah potong. Kurangnya transparansi dan informasi atas bahan yang digunakan merek tertentu membuat konsumen tak mengetahui apakah terdapat hewan-hewan yang menderita atas barang-barang mode ini. 

Organisasi global seperti Human International Society dan People for Ethical Treatment of Animals (PETA) telah berhasil mendokumentasikan penyalahgunaan hewan secara luas hanya demi mode. Sebuah kampanye PETA yang cukup viral menampilkan seorang supermodel dengan slogan yang lebih memilih telanjang dibandingkan memakai bahan bulu.

Walau nyatanya tak semua orang mampu membeli busana dengan bulu, tetapi bulu bisa ditemukan pada aksesoris yang murah. Sama halnya dengan bahan kulit. Industri mode berbahan dasar kulit penuh dengan kekejaman terhadap hewan, miskin peraturan dan penegakan hukum, sering terjadi isu pelanggaran hak buruh hingga termasuk mempekerjakan anak di bawah usia bahkan membahayakan pekerja serta masyarakat dengan penggunaan kimia berbahaya.

Bagi sobat yang bahkan tak menggunakan satu pun benda dari material hewan saat ini, sebaiknya tetaplah jauhi bahan dari material hewan tersebut mengingat bagaimana menderitanya mereka demi barang seperti busana atau produk kosmetik yang hendak kita gunakan.

Dengan munculnya kombinasi kampanye publik yang keras dan konsumen yang menuntut akuntabilitas yang lebih jelas dari perusahaan, dunia fesyen terlihat melakukan perubahan besar menuju sebuah industri yang lebih welas asih.

Ajang Fashion Week yang diadakan di London, Amsterdam, dan Melbourne telah bebas dari bahan bulu hewan menyusul Helsinki yang melangkah lebih jauh dengan turut meninggalkan kulit hewan. Demikian juga, merek fesyen ternama kelas atas seperti Prada, Gucci, dan Burberry telah menghentikan penggunaan bahan bulu hewan dari koleksi mereka. Mulberry dan Diane von Furstenberg juga ikut meninggalkan kulit hewan eksotis dari produk mereka. Oh iya, tidak lupa juga merek-merek menengah terkenal seperti H&M dan Nike, sama-sama ikut melepaskan busana berbahan kulit hewan eksotis. Tentunya saat merek di atas masih menggunakan bahan material hewani, mereka tetap bukanlah merek vegan. 

Meski begitu, perubahan ini adalah langkah pasti demi kesejahteraan hewan serta dampak positif untuk lingkungan.

Mari Berbusana Vegan

Jika sobat baru mulai mendalami tren fashion vegan ini, tenang! Berikut beberapa tipsnya, yuk simak!

  • Periksalah jika sebuah brand telah memiliki kebijakan anti kekerasan hewan dan seberapa besar transparansi yang ada dalam rantai pasokannya. Sobat juga akan melihat (jika ada) produk hewani yang digunakannya, termasuk bulu, angora, kulit hewan eksotis dan wol. 
  • beberapa merek di luar negeri telah diperiksa oleh PETA dari perspektif kesejahteraan hewan dan diizinkan untuk membawa logo “PETA-approved vegan”. Untuk di Indonesia, sobat bisa mencari tahu apakah perusahaan sudah vegan dan cruelty-free dalam setiap produk mereka. 
  • Carilah kain vegan inovatif yang sudah ada atau sedang dikembangkan: Mulai dari sutra yang dibibit dari laboratorium atau sutra yang berasal dari residu jeruk hingga alternatif kulit vegan yang terbuat dari buah hingga daun, hingga nilon yang dapat didaur ulang yang dikenal sebagai ECONYL yang terbuat dari sampah jaring ikan. Wah, dengan berbagai banyak pilihan alternatif, bisa dikatakan masa depan kain vegan sangat menjanjikan. 

Berani memilih busana vegan merupakan sebuah langkah maju demi kesejahteraan hewan dan lingkungan serta keberlanjutan sosial. Ada banyak cara yang sobat dapat pastikan bahwa pakaian yang dipakai turut bermanfaat bagi hewan dan planet ini.

Jadi, ayolah mulai gerakan kesadaran akan pemilihan bahan material non-hewani dan memakai fesyen vegan.

Seseorang dengan rasa penasaran tinggi. "Curiosity killed the cat and the satisfaction brought it back." Eugene O'Neill.