Jika semua orang di muka bumi adalah vegan. Sobat, apa yang terjadi bila demikian?
Rasanya terlalu ekstrim jika mendengar setiap orang di muka bumi mengadopsi pola makan vegan. Tetapi ada fakta menarik di balik perkembangan pola makan ini. Dalam 20 tahun terakhir, Inggris mencatat jumlah orang yang mengikuti diet vegan telah meningkat 340%. Sampai kini sudah ada lebih dari setengah juta vegan di Inggris. Diperkiraan di negara ini 20% orang dengan rentang usia 16 hingga 24 tahun sudah menjalankan pola makan nabati
Jika memperhatikan dengan sesama, sobat juga dapat merasakan sendiri pesatnya perkembangan minat terhadap veganisme di sekitar kita. Mulai dari membludaknya pilihan alternatif susu di rak-rak pada supermarket, kemudian banyaknya para selebriti terkenal yang gencar mengadvokasi tentang pola hidup ini seperti Liam Hemsworth dan Natalie portman, hingga film seperti Cowspiracy dan acara komedi vegan Carnage oleh Simon Amstell.
Para ilmuwan, pembuat kebijakan dan ahli ekonomi melihat masa depan vegan sebagai sebuah pembahasan yang sangat menarik terutama bila dihubungkan dengan dampak lingkungan.
Peduli Lingkungan?
Segala isi dalam kulkas sobat mungkin hanya terlihat sebagai bahan- bahan makanan yang yang tidak memiliki dampak signifikan terhadap pemanasan global. Tetapi tahukah sobat bahwa makanan menyumbang lebih dari seperempat emisi gas rumah kaca pada atmosfer bumi? Terlebih lagi, produk daging dan susu yang merupakan penghasil sebagian besar jejak karbon itu.
PBB mengatakan bahwa peternakan menyumbang setidaknya 14,5% dari semua emisi gas rumah kaca (dimana peternakan sapi merupakan penyebab utamanya). Sebagai perbandingan, BBC melaporkan bahwa emisi dari industri peternakan ini setara dengan emisi gas setiap mobil, kereta api, kapal, hingga pesawat terbang di planet ini.
Sebuah laporan tentang makanan dan iklim pada jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS) menambahkan seandainya kita semua menjadi vegan, emisi terkait makanan akan turun sebanyak 70% pada tahun 2050. Kemudian peneliti asal universitas Oxford menghitung nilai ekonomi yang akan kita dapatkan dari penghematan energi ini adalah sekitar £440 miliar.
Hidup Sehat
Beralih ke hidup vegan belum berarti sobat sudah sepenuhnya menjalani hidup sehat. Makan daging atau tidak, sobat bisa saja melewatkan makanan bernutrisi jika sobat masih mengonsumsi junk food.
Jika berbicara lebih lanjut mengenai nutrisi, pola makan vegan secara alami memang rendah kalsium, vitamin D, zat besi, vitamin B12, seng dan asam lemak Omega-3. Sehingga bila sobat mengikuti diet vegan, penting untuk memasukkan protein, seperti kacang-kacangan, lentil, buncis, tahu, susu kedelai dan yoghurt.
Kacang-kacangan dan biji-bijian juga perlu diperhatikan, seperti kacang mete, pistachio, biji rami, biji chia, dan biji labu. Quinoa dan soba sering disebut sebagai biji semu (pseudo-grain) tetapi sebenarnya keduanya adalah biji-bijian asli. Quinoa sangat berguna dalam pola makan vegan karena merupakan pemasok semua asam amino esensial.
Beberapa produk vegan juga mengandung banyak minyak kelapa yang tinggi lemak jenuh. Meskipun demikian, untuk mendapat diet vegan yang seimbang bukan lah perkara sulit. Oleh sebab itu, kiranya sobat perlu betul-betul menyadari apa yang sobat konsumsi, hal ini berlaku sama pada apapun jenis pola makannya.
Diketahui bahwa pola makan orang barat dekat dengan banyak sekali masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Pada tahun 2015, WHO bahkan mengkategorikan daging olahan sebagai bahan yang mengandung zat karsinogenik, bersama dengan asbes, alkohol, dan arsenik.
Menurut para peneliti, tidak hanya kemungkinan seperti penyakit kronis saja yang pasti berkurang. Mereka turut melaporkan bahwa jika pola makan vegan dilakukan oleh seluruh orang di dunia, ini akan mengurangi angka kematian per tahunnya sebanyak lebih dari 8,1 juta. Jika demikian akan ada sekitar 700 – 1.000 miliar dollar per tahun untuk penghematan biaya pada bidang kesehatan.
Kelaparan Menjadi Cerita Masa Lalu
Jika semua orang beralih ke pola makan vegan, apakah kelaparan akan jadi sebuah sejarah masa lalu? Ada beberapa bukti yang mendukung pernyataan ini.
Pengolahan diet pemakan daging membutuhkan 17 kali lebih banyak lahan, 14 kali lebih banyak air dan 10 kali lebih banyak energi dibandingkan dengan pengolahan makanan vegetarian menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Clinical Nutrition. Hal ini dikarenakan penggunaan sebagian besar lahan dunia dijadikan sebagai penanaman tanaman guna memberi makan hewan ternak, bukan manusia. (Dari sekitar 5 miliar hektar lahan pertanian di dunia, 68% digunakan untuk kepentingan peternakan.)
Tekanan sumber daya ini diperkirakan akan terus meningkat tahun ke tahun. Dalam waktu 50 tahun, PBB memperkirakan akan ada 10,5 miliar orang di planet ini (penduduk dunia saat ini sekitar 7 miliar). Maka untuk memberi makan kita semua, kita perlu menanam secara berkelanjutan. Dr Walt Willett, profesor kedokteran di universitas Harvard, mengatakan bahwa kita dapat menghilangkan kasus kelaparan dunia yang terburuk saat ini dengan memasokkan sekitar 40 juta ton makanan, faktanya 760 juta ton malah diberikan kepada hewan di peternakan setiap tahun.
Salah satu kontra-argumen terhadap solusi vegan adalah bahwa beberapa lahan tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Pernyataan ini ada benarnya, tetapi ada masalah yang lebih besar terkait pemberantasan kelaparan dunia.
Kecukupan makanan adalah juga persoalan politik dan bisnis jadi tidak ada yang bisa menjamin bahwa bencana kelaparan akan menjadi sejarah masa lalu di dunia vegan.
Namun, saat ini kita sudah memproduksi lebih dari 1½ kali lipat jumlah makanan yang dibutuhkan untuk memberi makan semua orang di planet ini. Hanya makanan ini tak pernah sampai ke semua orang yang membutuhkannya.
Peran Budaya
Adanya peran budaya dalam kehidupan manusia menjadi penting untuk diingat pula. Manusia telah bertani dan memakan hewan ternak sejak 10 ribu tahun yang lalu. Pola makan kita bukan hanya sekedar apa yang tersaji di atas piring. Pola makan ini telah membentuk segalanya mulai dari pekerjaan, perdagangan hingga identitas agama dan budaya kita. Saat inipun, industri daging dan susu telah memberi penghidupan bagi jutaan orang di komunitas yang bisa dikatakan miskin di seluruh dunia.
Nasib Hewan Ternak
Jika kita tidak lagi menjalankan industri hewan ternak, apa yang akan terjadi kepada hewan-hewan ini? Apakah mereka akan punah? Atau apakah mereka akan menguasai planet ini?
Miliaran hewan ternak tidak akan lagi ditakdirkan menjadi bahan makanan kita. Jika kita tidak bisa mengembalikan mereka ke habitatnya, kemungkinan mereka akan terbunuh dan terabaikan. Sebaliknya mereka dapat hidup bila dirawat di suaka alam.
Kemungkinan yang paling realists jika semua orang menjadi vegan adalah bahwa peternak mungkin akan memperlambat pembiakan karena permintaan daging yang menurun.
Pada praktik peternakan, hewan dipaksa berkembang biak lebih sering dibanding pada saat mereka berada di hutan liar. Jadi, anggapan bahwa sapi bisa saja mengambil alih dunia, sedikit tidak masuk akal. Seperti semua satwa liar lainnya, jumlah hewan yang dikembalikan ke alam liar akan berkembang biak dan mencapai keseimbangan sesuai jumlah predator dan sumber daya makanan yang juga tersedia di alam liar.
Perlu dicatat juga bahwa tidak semua hewan ternak bisa dibebaskan begitu saja. Beberapa hewan-hewan ternak, seperti ayam broiler, sudah sangat jauh dari nenek moyang mereka. Sehingga mereka tidak dapat bertahan hidup di alam liar. Hewan lainnya seperti babi dan domba mungkin dapat kembali ke hutan dan padang rumput di mana mereka dapat berkembang dengan tingkat populasi alami mereka sendiri.
Kesimpulannya adalah jikapun seluruh manusia di muka bumi telah berhenti mengonsumsi hewan, kerusakan habitat hewan yang telah manusia lakukan tetap akan mengurangi populasi mereka. Sejatinya, urusan alam adalah masalah bersama umat manusia, persoalan ini selalu akan berkaitan dengan keseimbangan.